Kemana Perubahan Politik Global Pasca Pandemi Bergerak?

Webinar Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Nasional

0 147

Pandemi Covid-19 telah mengubah tatanan global dan hubungan internasional antar negara-negara di Dunia. Diprediksi, akan terjadi perubahan politik –bahkan cenderung radikal– di antara bangsa-bangsa setelah pandemi usai, nanti.

Prediksi ini mencuat dalam Webinar yang digelar oleh Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Nasional, dengan tema: “Politik Global Pasca Pandemi Covid-19” di Jakarta, pada Rabu, (26/08/2020).

Guru Besar Politik Internasional Universitas Pelita Harapan Prof. Aleksius Jemadu, Ph.D. yang hadir sebagai pembicara, mengatakan bahwa di tengah pandemi covid-19, politik global diwarnai oleh beberapa isu penting.

“Persoalan etis, moral, keadilan, kesehatan, pemerataan akses vaksin, dan pertarungan negara-negara besar mewarnai politik global saat ini, pada kondisi pandemi,” ujarnya.

Disampaikan, dalam kondisi seperti saat ini, setidaknya terdapat tiga tren utama politik global yang menguat. Pertama adalah rasa nasionalisme.

Isu ini menguat disebabkan adanya gerakan gotong royong untuk saling membantu satu dengan lainnya. Namun, hal itu juga dibarengi melemahnya sikap multilateralisme. Sehingga negara tidak lagi berharap dengan program kerjasama dengan negara lain.

“Kemudian, yang kedua, di tengah kondisi pandemi, ada persaingan bisnis global produksi vaksin diantara negara-negara. Mereka berlomba lomba menemukan vaksin penyakit yang harus diatasi saat ini. Nah, di dalamnya ada aspek bisnis yang tidak dipungkiri, meskipun negara yang bayar, tapi tetap perusahaan dapat diuntungkan,” kata Aleksius.

Selain itu, menurut Aleksius, yang ketiga, kondisi politik global saat ini memunculkan adanya kecurigaan publik terhadap aktor-aktor yang bermain di dalamnya. Sehingga dengan situasi pandemi covid19 ada berbagai kepentingan dan keuntungan yang ingin didapat.

“Ada hasrat-hasrat yang berkecamuk, yakni hal-hal yang diuntungkan. Ada kepentingan-kepentingan tersembunyi di balik aktor yang tersembunyi. Ada agenda-agenda yang terselubung. Jadi ada kepentingan yang berkecamuk, saling berbenturan satu dengan yang lain. Itu adalah kondisi global saat ini,” jelasnya.

Sementara itu, Dosen Departemen Ilmu Hubungan Internasional dan Pascasarjana Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Dr. Adi Surya Culla, M.A. menyatakan bahwa situasi politik global akibat pandemi menimbulkan suatu persaingan di antara negara-negara di dunia. Persaingan tersebut terlihat adanya perlombaan antara negara dalam menemukan vaksin covid-19.

“Ada dampak global yang radikal yang sangat masif dari dinamika politik global yang kita hadapi. Sehingga kondisi global akibat covid menciptakan suatu persaingan,” ucap Adi.

Selain itu, negara-negara besar seperti Amerika dan China juga semakin menunjukan rivalitas antar kedua negara tersebut akibat pandemi Covid-19. “Munculnya China sebagai negara yang berhasil dalam menghadapai krisis pandemi, dan perannya yang sangat penting dalam memberikan bantuan internasional, menandai semakin mencuatnya rivalitas dengan Amerika serikat,” katanya.

Fisip Unas
Dr Hendra Maujana Saragih

Dalam kesempatan yang sama, dosen Program Studi Hubungan Internasional Universitas Nasional Dr.(c) Hendra Maujana Saragih, S.IP., M.Si. menjelaskan bahwa Covid-19 sebagai babak baru dunia. Munculnya virus ini membuat dinamika politik internasional sangat berfokus pada upaya penanganan.

“Sehingga logis jika pandemi Covid-19 bisa dijadikan sebagai babak baru dalam periodisasi politik global,” jelasnya.

Alasannya, menurut hendra, karena semua negara sangat terpengaruh karena pandemi ini. Dinamika politik global yang terjadi ditengah pandemi harus diwaspadai oleh negara-negara dan hati-hati dalam mengeluarkan kebijakan. Sehingga diperlukan proteksi terhadap warga negara.

Resposibility to protect, yakni negara hadir untuk memproteksi dan lebih hati-hati dalam menjalankan kebijakan, harus lebih detil. Jadi bukan soal kesepakatan antar negara negara, tapi manfaatnya harus dirasakan oleh warga negara,” tuturnya. (*DMS)

info kuliah, klik https://www.unas.ac.id/

Leave A Reply

Your email address will not be published.