Wisata ke Desa, Tren Baru Sektor Pariwisata Pasca Pandemi

Kajian Webinar Series 3 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Nasional

0 208
Webinar FEB Unas

Sektor pariwisata diprediksi akan mengalami perubahan. Setelah menjadi salah satu sektor yang nyaris lumpuh akibat dampak Covid-19, pariwisata diprediksi akan kembali menggeliat. Akan terjadi tren baru di sektor ini.

Prediksi ini menjadi kajian dalam Webinar Series 3 yang digelar oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Nasional di Jakarta, pada Jumat, (21/08/2020). Webinar ini sendiri mengangkat tema: “Pengembangan Destinasi Pariwisata Pasca Pandemi Covid-19”.

Hadir sebagai salah satu pembicara webinar, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Nasional Dr. Eddy Guridno, S.E., M.Si.M. Dalam paparannya, Dr Eddy Guridno mengaku bahwa semenjak pandemi, kedatangan wisatawan mengalami penurunan secara drastis sehingga berimbas kepada pelaku dan pegiat pariwisata.

Saat ini, Indonesia mulai memasuki era new normal. Masyarakat diharuskan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Sektor pariwisata pun telah dibuka untuk umum, namun harus menerapkan standar kesehatan yang sudah ditetapkan pemerintah.

Dengan diterapkannya protokol kesehatan yang ketat, wisatawan tidak bisa berwisata secara berkelompok. Sehingga tempat wisata yang menyediakan konsep ketenangan dan keselamatan menjadi hal yang akan diminati oleh wisatawan.

“Keinginan berwisata saat ini, lebih kepada pengalaman baru. Seperti desa. Nah, desa wisata ini adalah hal yang baru yang sangat berpotensi menjadi tren wisata di tengah pandemi. Karena di situ wisatawan bisa menemukan ketenangan,” ujar Dr Eddy Guridno.

Menurutnya, tren berwisata telah mengalami pergeseran di tengah pandemi Covid-19. Yakni, keinginan untuk lebih mengutamakan keamanan dan kesehatan, perjalanan individu atau keluarga. “Premium tourism, pengalaman baru ketenangan pribadi, dan berorientasi protokol kesehatan pariwisata menjadi keinginan wisatawan saat ini,” katanya.

Oleh karena itu, kata Eddy, kondisi seperti ini perlu dicermati oleh para stakeholder dan pelaku usaha wisata agar wisatawan datang ke Indonesia. “Perilaku wisatawan kembali mengutamakan safety. Jadi, yang paling utama saat ini adalah pergeseran tren yang harus dipahami. Kalau pelaku usaha mau mendapatkan konsumen, maka perilaku tersebut harus kita pahami dan harus disikapi,” katanya.

Dr Eddy Guridno yang juga Direktur Akademi Pariwisata Nasional ini menyebutkan, statement kesehatan sangat penting dalam menarik minat wisatawan ke Indonesia. Hal tersebut, dapat memberikan kepercayaan kepada wisatawan tentang kondisi keselamatan dan kesehatan selama berwisata.

“Statement kesehatan adalah informasi yang sangat vital. Ini adalah hal yang diminati, walaupun kita sudah menerapkannya tapi perlu disebarluaskan. Oleh karena itu, standar kesehatan sangat penting. Bukan hanya itu, tapi juga sisi kesehatan lainnya, seperti sanitasi,” ungkap Dr Eddy.

Rizki Nurul Nugraha

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Program Studi Pariwisata Universitas Nasional, Rizki Nurul Nugraha, S.S.T.Par., M.M.Par. menyatakan bahwa di masa pandemi Covid-19, peluang desa wisata sangat besar untuk dikunjungi wisatawan asing maupun domestik. Namun, menurut Rizki, desa wisata perlu dikembangkan lebih jauh serta dipromosikan dengan baik. Mengingat desa wisata di Indonesia belum banyak diketahui oleh wisatawan.

Ia juga mengatakan bahwa dalam pelayanan kepada wisatawan, desa wisata bisa memaksimalkan masyarakat lokal. Sehingga dapat meningkatkan pendapat asli daerah. “Di dalam desa wisata dapat memaksimalkan pelayanan lokal dari masyarakat, tapi dengan kondisi seperti ini kita harus survive bagaimana pariwisata dapat meningkatkan pendapatan asli daerah” tuturnya.(*DMS)

Leave A Reply

Your email address will not be published.